”Insurance
is not about someone dies, but others must live”
“Mobil
diasuransi?” | “iya” | “Rumah diasuransi?” | “iya, kan kalau kredit pasti
ditutup asuransi” | “Loe ada asuransi?” | “Engga” | “Ga salah? Benda mati
diasuransiin, loe kagak? Jadi lebih sayang sama benda mati daripada
kelangsungan hidup yang ditinggalkan? | *mak
jleb
Quoted
from this blog :
“Me and my wife needed to pay almost Rp 2 Billion throughout her 2 years
course of treatment battling the super malignant ovarian cancer. Fortunately we were blessed with good health insurance hence only a small amount that we needed to pay by our selves. If
you don't get it from your companies, I'd suggest you get it yourselves
and find a good one. You'll feel it's useless at first, and it is,
until sickness comes.”
Kalau tidak salah ingat, yang mereka keluarkan “cuma”
100 juta
Itulah
- in random order - beberapa hal tentang asuransi yang melekat di otak saya
Lima
tahun lalu (lama juga yee), Alhamdulillah tanpa mengeluarkan sepeser pun saya
dapat training financial advisor dari Aidil Akbar. Dan beberapa poin penting dalam berasuransi yang masih saya inget adalah
sbb:
- Pilih produk asuransi yang benar, sesuai dengan kebutuhan. IMO : Ada yang merasa ”tertipu” dengan asuransi unit link? Merasa asuransi unit link adalah ”produk gagal”? Iya, memang agen asuransi.. upsie.. mereka lebih suka disebut financial advisor, booaaannyyyak yang pushy, yang kejar target mereka sendiri. Tapi in the end, apa ya mau terus mau menyalahkan mereka sementara dari kita juga tidak cek cek kiri kanan dulu, shopping – shopping dengan asuransi lain, membandingkan produk yang sama? Dan imho, asuransi unit link bukan produk gagal kok. Tapi memang sangat mungkin tidak sesuai kebutuhan.
- Uang pertanggungan yang sesuai. Kalau melebihi, itu bagus (walau artinya premi yang dibayar lebih tinggi). Nah... yang kurang ini yang bikin pusing. Kalau kurangnya sedikit, ya tinggal adjust sedikit gaya hidup. Yang biasanya beli tas di mal, lantai dasar, new arrival sekarang cukup diskonan lah.. Yaa.. you get the point. Yang kurang banyak?? You might need jual aset, dan hidup sederhana. Berapa uang pertanggungan yang sesuai? Boleh cek di kalkulator financial. Contohnya sederhananya ada disini.
- Untuk produk asuransi pendidikan, perhatikan bulan masuknya! Kalau you really depend on waktu pencairannya, ya atur – atur sebelum waktu buka pendaftaran. Paling mepet mungkin yang cair bulan Mei ya.
- Perhatikan nama yang tercantum di ahli waris. Apakah usianya sudah di atas 21 tahun, yang menurut UU di Indonesia sudah cakap hukum. Jadi seyogyanya, kalau membuka asuransi jiwa (utamakan yang menjadi tulang punggung keluarga yang membuka polis) dalam hal keluarga saya ya the husband yang buka polis, saya menjadi ahli waris. Apakah istri boleh buka? Ya boleh – boleh saja kalau ada uang ;p. Apakah ahli warisnya harus si suami? Mau engga juga ga papa. Bisa saja atas nama neneknya, sehingga (amit – amit) kalau hidup kedua orang tua terenggut bersamaan, sebelum ribet suribet klaim asuransi jiwa atas nama orang tua, yang ahli waris atas nama nenek bisa cair duluan.
- Ga usah kebanyakan ambil rider. 3 sudah banyak. Konsul konsul dan konsul baiknya ambil yang mana.
- Yang terakhir : beritahu ke pihak yang perlu tahu bahwa kita buka asuransi dan dimana letak polisnya. Merahasiakannya would be foolish, karena bagaimana ahli waris tahu kalau ada polis asuransi? Daaan.. poin penting juga : cukup taruh polis asuransi di rumah. Jangan pernah di safe deposit, apalagi safe deposit Bank. Jangan lupa ada batas waktu klaim. Iya kalau batas waktu klaim 60 - 90 hari. Kalau hanya 30 hari? Sedangkan urusan dengan Bank belum selesai, artinya belum boleh buka safe deposit box.
Berikut adalah beberapa polis asuransi yang saya
punya :
Termlife
Insurance dari AIA
Kenapa saya buka asuransi ini? Singkatnya adalah di
keluarga kami, sepeninggal Bapak, kami kakak beradik ikut urunan supaya dapur
Rumah Cidodol tetap ngepul =)
Dan walaupun sampai sekarang belum jadi Bos, saya
cukup tahu bahwa porsi urunan saya cukup signifikan.
Sehingga
timbul kebutuhan. What if .. what if.. saya yang “dipanggil duluan” instead of
my mom? Ga ada yang tahu umur orang kan? Dan betapa tidak tenangnya saya, kalau
sampai ibu mengalami kesulitan finansial dengan tidak adanya saya. Cukup. Sudah
cukup ibu saya mengalami kesulitan ini itu. Like I said before, I love my mom so very much. Jadi saya memastikan bahwa saya
menyiapkan dana untuk beliau, walau saya tidak ada. Saya pun memastikan Ibu
untuk tahu bagaimana cara mengelola dana itu. Simpel saja. Namapun sudah berumur.
Bukalah deposito, jadi nasabah prioritas di bank yang kasih bunga tertinggi,
hidup per bulan dengan bunga deposito.
So
there, saya buka asuransi ini, dengan nama ahli waris ibu saya.
Kenapa
jenis asuransi termlife?
Karena
beda dengan asuransi jiwa murni, dimana secara garis besar, kalau si
tertanggung belum “dipanggil” maka preminya hangus. Dan biasanya usia yang di-cover
adalah sampai 70 tahun. Hla… eyang saya saja yang sudah 84 tahun masih segar
bugar. Nah.. di asuransi term life yang saya punya, pertanggungan sampai usia
99 tahun.
Di
asuransi termlife, selain ada uang pertanggungan juga ada uang hasil investasi
dengan tingkat pengembalian (intermezzo. Harusnya para agen asuransi itu
bilangnya – sama seperti jualan reksadana – adalah tingkat pengembalian. Bukan
bunga. Ada resiko tidak tercapai) kurang lebih 14%. Dan hore-nya, setelah (kalau
tidak salah) 7 tahun, uang ini boleh diambil oleh pemilik polis, tanpa
menganggu uang pertanggungan.
Termlife
asuransi dari Manulife
Polis atas nama the husband, ahli
warisnya saya. Garis besarnya sepertinya sudah terangkum di atas ya.. kenapa
saya lebih memilih asuransi ini ketimbang asuransi jiwa murni. Bedanya, yang keluaran
Manulife ini walau juga ada uang hasil investasi, namun tidak dapat diambil.
Sama sekali.
Kecewa? Engga lah. Daripada
saya ada niat syaitonirodjim bujuk the husband ambil uang investasi kan mending
tahu, kalau terjadi resiko, saya akan dapat uang pertanggungan plus hasil
investasi.
Asuransi
kesehatan dari Manulife
Kurang lebih asuransi
kesehatan sama ya... Ada kelebihan, ada kekurangan.
Kelebihannya :
- Yang saya senang adalah, asuransi kesehatannya bisa bundling keluarga. Jadi the husband, saya, dan Rania hanya memiliki 1 polis. Ini buat saya sih berguna banget. Karena pening juga kalau kebanyakan polis. Nanti kalau berani kasih adik buat Rania juga tinggal tambah klausula dan tambah premi saja.
- Lebih dahsyat lagi adalah di asuransi kesehatan Manulife yang bundling keluarga ini, Manulife hanya menghitung 3 (eh.. apa 4) anak saja. Jadi anak ke 4 (atau anak ke lima) sudah bebas bas bas premi. Iiiy.. asik yaaa...
- Dan asiknya, karena premi tergantung dari braket umur, umur tidak terpatok atas siapa yang paling tua. Kemarin diatur pemilik polis utama adalah saya, karena hitung – hitung hemat premi (sampai berjuta juta) beberapa tahun terkait usia the husband yang terpaut 5 tahun lebih, sudah masuk ke bracket premi yang lebih mahal. That’s just nice! (ibuk ibuk mana sih yang ga suka diskon)
- Menurut agen yang notabene teman baik kuliah saya, Manulife diterima di semua negara. Beda dengan asuransi prud3nt14l yang konon tidak bisa di beberapa negara (sedikit sih. Kalau tidak salah Jepang sama manaaa gitu).
- Proses reimbursenya cepat. Dan termasuk penggantiannya 100%. Saya tahu ada beberapa perusahaan asuransi yang list obat nya terbatas. Jadi kalau obat yang diberikan tidak termasuk list, ya tidak ada penggantian. Ketika Rania diopname, reimburse-nya full. Dan ketika saya operasi yang didapat juga masih di kepala 16 juta. Dan karena saya juga klaim ke kantor, tentunya saat itu saya ucapkan... Alhamdulillah =)
Kekurangannya
Terus terang, saya jadi tergantung dengan agennya,
alias teman saya itu kalau mau tanya ini itu. Beda dengan asuransi yang dijual
di Bank, kalau ada apa – apa tinggal pergi ke cabang terdekat.
Asuransi
pendidikan dari Manulife
Suka ada yang pandang skeptis tentang asuransi ini.
Saya suka dengar ”dosa”nya sama dengan asuransi unit link, well.. based dari
asuransi pendidikan ini juga memang unit link.
Then again, lihat lagi kalimat pertama pembuka post
ini.
Saya dan the husband kurang lebih dibesarkan dengan
kisah sendu yang sama tentang finansial. Kami kuliah dengan benar – benar
menghitung uang, diliputi kekhawatiran apakah orang tua punya cukup dana sampai
kami selesai kuliah.
Kami pun sama – sama (syukur Alhamdulillah) dalam
situasi bisa membalas (sedikit.. oh sangat keciiiiiil) budi baik ibu kami (kami
berdua yatim) dengan menyenangkan beliau, memastikan mereka hidup tenang.
Berkecukupan.
Dan
kami berdua setuju, it won’t happen to Rania. Rania akan mendapat ketenangan,
dan insyaallah keleluasaan dalam memilih dimana dia akan sekolah. Walau tentu
tarafnya belum sampai those fancy international schools.
Itu lah inti dari kami membuka asuransi pendidikan.
Kalau
sampai terjadi resiko pada kami, Insyaallah cukup dana Rania untuk tetap
bersekolah, tanpa harus mengorbankan asset lain yang akan kami wariskan. Kalaupun
harus ada adjustment, semoga cuma dari Harvard ke Nanyang. Aaaamiiien. Karena
kami hanya mengandalkan diri kami. Kalaupun ada yang membantu, that’s just
bonus of life. Walau saya pribadi tidak
mau, kalau anak saya ada hutang budi what so ever sama orang. No, that is not the way i was raised, and i’d like to
keep it that way.
"Bego amat buka asuransi pendidikan. Lebih menguntungkan beli emas atau main saham".
Sekarang kalau ente ga ada, sapa yang beli emas. Terhenti kan? Siapa yang mantau harga saham? Anak ente dah ngerti?
”Ribet amat sih. Udah kemakan banget omongan
kapitalis. Ngga percaya apa Yang Maha Kuasa akan mencukupkan rejeki?”
Percaya. Tentu kami percaya. Tapi tentu hal itu
ditambah dengan usaha dari kami dalam menjaga titipan-Nya. Dan ini bukan dana
utama. Jika nanti untuk masuk TK / SD /
SMP kami belum perlu ya tidak kami ambil. Atau tetap dicairkan, tapi kami
investasikan lagi.
Ishh.. emosional sekali bagian asuransi pendidikan
ini. Jadi lupa intinya tentang plus poin asuransi pendidikan Manulife ;p
Yes, inti dari asuransi pendidikan biasanya jika
terjadi resiko pada pemegang polis, maka premi asuransi akan dilanjutkan oleh
pihak asuransi. Plus pointnya di Manulife, jika target investasi tidak terpenuhi, maka akan
dipenuhi oleh Manulife.
Dan kemarin saya buat polis untuk Rania adalah
bulan November. Dan dibuat umur Rania 1 tahun. Jadi nanti Rania usia 4 tahun
lebih, sudah dapat cair. Cepat amat? Hey.. bukannya sekarang industri pendidikan makin menggila? Ada yang sudah mulai minta uang masuk dari anak baru
lahir karena panjangnya waiting list. Jadi cuma lebih cepat beberapa bulan sih
tidak terlalu istimewa ya.
Fiuuuh... itulah akhir dari polis – polis saat ini
yang saya punya saat ini. Sungguh bukan
postingan berbayar. Tapi kalau ada yang mau kontak agen Manulife yang menangani
saya, I’d be happy to give Reynard's number. Basisnya di Jakarta, by the way.
xoxo
JJ
No comments:
Post a Comment