Lanjutan dari sini
Since tekanan darah saya mengkhawatirkan (padahal hasil tes darah, protein saya negatif), akhirnya dipasang oksigen gitu. Ih.. pertama kali seumur hidup dikasih treatment seperti ini. Oksigen itu dingin dingin gimanaaaa gitu ya.. *kempring*
Okay. Lanjut.
Dokter datang sekitar jam 16an (sudah lupa bwok), dan berkata mari dilihat pembukaannya lagi jam 19 ya. kalau tidak bertambah, kita coba induksi.
Padahal ya… sepeninggal dokter Hasrul (yang baydeway sudah sepuh tapi bersuara besar dan suka becanda) kok… kok… mulesnya sudah mulai membuat keringat dingin. Sudah sakit per 20 menit. Lega banget ketika sakitnya berlalu. Tapi begitu datang lagi, astaga… tak terperiiiiiiii.
Menjelang magribh sudah mulai mengerang kesakitan. Beda banget dengan erangan pas … The husband never left on my left side (yaaa.. ketauan deh sholatnya bolong) dan menyediakan lengannya untuk tiap kali kontraksi saya cengkeram kuat –kuat. Sambil berusaha terus bernafas sesuai dengan yang diajarkan di kelas senam hamil. I didn’t scream at all. Karena tahu bahwa itu hanya buang buang tenaga. Lagian, saya juga sudah janji ke the husband tidak akan teriak.
Ibu saya (yang saya punggungi – karena berbaring miring menghadap the husband) bolak balik mengelus punggung saya, baca – baca doa, bicara dengan Junior “nak.. ayo.. kalau memang sudah waktunya kamu lahir, lahirlah dengan lancar..dunia ind ah lho” *cesss.. this came from a lady yang banyak sekali mengalami pahitnya dunia, yet she’s still strong. I heart you, Mom…Thank you for staying by my side
Minutes felt like hours. Pinggul sampai paha sangat sangat sakit. Keringat dingin membanjir, rambut lepek, dahi berkerut, bibir mencucu. Untung the husband benar – benar konsentrasi ke saya. Kalau sampai ada kamera, mungkin saya banting aja. Asliiikkk… ogah banget difoto. Dan mungkin jadi sensi “ISTRI KAMU SAKIT GINI KOK MALAH FOTO FOTO”
Banyak teman saya tanya kontraksi bukaan sakitnya kayak apa? Yang selalu saya jawab “loe kalo mens sakit ga? Sakit? Nah… ini sakit kayak mens tapi loe kali 10.000”. Ples loe ngga boleh teriak. Daripada tenaga loe habis percuma”. Kelar. Biasanya disambut dengan tatapan ngilu dan bibir meringis….
Jam 19 saya minta the husband panggil suster untuk diperiksa dengan harapan… pasti sudah bertambah banyak bukaan. PASTI!! Hla wong sakitnya sudah semakin pendek intervalnya.
Diperiksa dalam (again! Yabees), ternyata sudah bukaan…. Dua koma lima …. 2,5 ! you have got to be kidding me!!!! Ini sudah SAKIT BANGEEETTT.
Tak lama, Dokter Hasrul datang dan masih dengan all-jumpy-happy aura berkata dengan senyum lebar, “Haaaha.. ada kemajuan ya.. walau sedikit. Haaahaa…Tapi kan kemajuan. Hahahaha. Baguuus.. Tidak udah diinduksi ya *tepuk tepuk bahu saya* kita tunggu saja bukaannya sampai komplit. Saya ngga kemana mana. Saya tungguin kamu sampai lahiran”. Dan berlalu lah beliau….
Saya? Mulai kederrrrrr…. Gustiii…. Sesakit ini baru nambah bukaan se-te-ngah?? Gimana kelanjutan 7,5 bukaan lagi??
Kemudian saya disuruh makan malam. Disuruh lho ya.. ini kejadian luar biasa. Biasanya mah saya yang agresif makan duluan sebelum disuruh. Huuw... ngga seleraaa.. kayaknya disodorin makanan Chef Ramsey juga rasanya kayak jok sofa semua. Tapi saya tahu, saya perlu energi. Jadi saya makan sampai semua hampir habis (fyi, porsinya buanyak giiilaaa). Junior needed me. Tiga kata yang membuat saya determine untuk melakukan yang terbaik. Booster energi saya juga datang dari setermos teh manis anget dan secara berkala disendokin sari kurma sama the husband.
The husband juga bolak balik ngelus kapala saya, nyium saya dan bisikin, kalau saja sakit saya bisa ditransfer ke dia. Saya cuma bisa tersenyum lemah. Labouring is a girl woman thing, hubbieeee.
Jam 20.00 saya mulai mengerang lagi. Mengembik ngembik ke the husband minta tolong dipanggilin suster. ”Buat apa?” tanya the husband. ”Sakit banget, Ab... mungkin bisa minta pain killer”, jawab saya dengan memelas. Off he went cari suster. Dan ketika suster datang, dengan suara bergetar nahan sakit, ”Suster.. sakit banget...” belum saya sempat nerusin, si suster dengan tatapan silet merespon ”ya.. ya.. ya..” nepuk bahu saya... terus pergi.. meninggalkan saya yang bengong.
Later I learn, bahwa dalam lahiran normal tidak disarankan memakai pain killer. Karena sakit kontraksi adalah sebagai ”kode” juga untuk nanti mengejan. Hla.. kalau numb akibat memakai pain killer, bagaimana bisa merasakan kontraksi? Bagaimana bisa mengejan? Jadi lah saya all the way... i repeat.. ALL THE WAY.. tidak pakai pain killer. Sama sekali. Cakep.
The husband juga bilang.. ciri suster ruang melahirkan banget. Memang musti judes dan sigap gitu.. karena yang dihadapi sehari hari adalah para (calon) ibu yang panik kesakitan.
Jam 21.00an, terucap dari bibir saya... ”aduh... ngga kuat”. Langsung dihardik ibu ”ga boleh ngomong gitu! Ayo dzikir”. Saat itu rasanya muka keguyur air dingin.. Terkesiap. Bisa – bisanya ngomong itu??? Langsung Astaghfirullah, lanjut napas ajaran senam hamil lagi. Dalam hati merapalkan mantera ”Aku kuat. Aku kuat”
Later the husband told me, kalau saja sampai terucap saya maunya cesar saja. Pasti langsung dikabulkan. The husband ngga tega melihat saya kesakitan segitu hebatnya. Saya sih – at the time- ngga kepikiran untuk cesar. Cuma kepengen the pain to be reduced.
Jam 22.00 … jam 23.00 .. masih struggling with the pain. Yang kayaknya sudah tak berjeda. Rasanya sudah mengawang - awang. Sudah ngga bisa teriak. Ngga bisa nangis. Sudah. Diterima saja sakitnya. Sambil bolak balik cengkeram lengan the husband (deym.. ngga ada drama nyakar nyakar the husband. Heuheu). Tapi masih lho berkelebat di pikiran saya.. ”Junior.. tanggung ni.. lahirannya kalau sudah lewat hari aja. 1 Juli. Cakep tuuuu. Dini hari pula. Ibu sukiiii!”
Me and my weird thought : hasrat terpendam memang kepengennya kalau lahiran anak jam 01 gitu.. pokoknya sebelum subuh deh. Apa sebab? Kan selamanya, suka sering tuh khalayak mengucapkan selamat ulang tahun pas tengah malam pergantian hari. Hlaaa... kalau lahirannya siang, sebenarnya belum afdol diucapkan selamat ulang tahun kan? I know I know.. weird thought. Still, I cannot help myself.
Jam 23.00an itu juga, saya merasa kok di bawah sana ada 'tes’.. dan ada rembesan air. Panik dan histeris, saya setengah teriak ”Abang! Abang! Panggil suster. Rembes ini. Ketuban kayaknya”. Suster pun kembali mengecek bukaan. Dan ternyata.. sudah bukaan 9,5!!! SEM – BI – LAN SE – TE –NGAH !!!
Horeeeeeeeee!!!
Langsung terjadi kesibukan di area tempat tidur saya. Persiapan masuk ke ruang melahirkan.
This is it! Sebentar lagi! We’re going to meet youuuu
Cubikontinyu
xoxo
jj
2 comments:
aiiyaaayyaaa...sambungannya mana?
aiiyaaayyaaa... masih entar entar niii =D
Post a Comment