Drama ASI : Part 5 – Bulan Ketiga Sampai Keenam

So, what happen was.. ketika Rania berusia 2 bulan, saya dan the husband bicara serius tentang opsi – opsi yang akan dilakukan kalau mau memberi Rania ASI eksklusif – dengan posisi ketika itu bisa dibilang tidak ada stok ASIP. Ada 2 opsi  :

1. Mengambil cuti di luar tanggungan (artinya tidak digaji) selama 1 tahun
2. Resign alias mengundurkan diri

Saya sempat sangat berat hati jika sampai harus ambil opsi yang kedua. Kalau mau jujur, secara hitung – hitungan finansial, kami berdua harus tetap bekerja. Tapi the husband kept encouraging kalau tidak apa – apa. I remember he said ‘Cmon, Yut. What are you afraid of ? Kan ini ga permanen. Setelah 1 tahun, go ahead, cari kerja lagi. Insyaallah, cari kerjaan ga sulit dengan pengalaman yang kamu punya. This (giving ASI)  is our priority’

Oke. Istri solehah nurut sama suami

Tapi tentu kami coba opsi pertama dulu. Sehingga saya, the husband, Rania datang ke kantor saya menemui kepala unit kerja, berbekal :

• surat dari 2 dokter yang menyatakan saya harus mendampingi anak yang sementara divonis gagal tumbuh
• form cuti luar tanggungan
• surat yang melatarbelakangi saya ambil cuti luar tanggungan.

Beliau jawab akan mengurus cuti luar tanggungan yang tidak lazim ini ke kantor pusat.

Tapi minggu demi minggu berlalu, saya belum juga dapat jawaban. The clock is ticking. Dan saya pun stress. Sehingga, as I previously mentioned, hal tersebut mempengaruhi hasil pompaan ASI. Yang tadinya sudah bisa sampai 120ml, drop jadi 20ml maksimal 40ml. Nyesek dulu yuk..

Dua hari menjelang saya harus masuk kantor, saya telpon atasan untuk mengetahui jawaban bahwa cuti di luar tanggungan yang diajukan… tidak disetujui.

Kemudian saya telpon the husband (iyaaa.. sambil nangiiissss…) untuk berdiskusi kembali. Dan kemudian ternyata ada opsi 1.b. Opsi nekat yang layak untuk dicoba sebelum saya menyerah pada opsi resign.

Opsi itu adalah : membawa Rania ke kantor

The husband dengan percaya diri bilang ‘Coba.. Ada? Peraturan kantor yang menyatakan ke kantor ga boleh bawa anak? Ga ada kan? Sekarang tinggal cari baby sitter, supaya ada yang pegang Rania selama kamu kerja’ .

…..

Di hari pertama saya masuk kerja.

Saya berangkat dengan Rania, kakak saya, sepupu saya

Lengkap bawa diaper bag

Lengkap bawa dari bouncer sampai kasur lipat bayi

Dan tentu saja, saya langsung dipanggil menghadap kepala unit kerja

Kemudian, beliau cerita tentang bagaimana sudah mengajukan form cuti saya, namun memang keputusannya tidak bisa. Kemudian beliau berkata sekarang keputusannya ada di saya. Tapi alangkah sayang kalau saya sampai resign.

Yang saya jawab, ‘Pak, saya memang tidak ada niat resign kerja.’ Yang langsung beliau potong ‘Bagus itu, Yut’ yada yada yada..

Saya lupa karena saya sedang mengumpulkan segenap keberanian bin kenekatan untuk gantian memotong ‘Iya, Pak. Saya terima keputusan bahwa permohonan cuti di luar tanggungan tidak disetujui. Dan saya memang ingin tetap bekerja. Maaf saya harus sampai ke poin ini bicaranya. Tapi apakah Bapak tahu, bahwa hak ibu menyusui itu dilindungi undang undang. Dan hukumnya adalah pidana. Sehingga dengan ini saya akan masuk kerja dengan membawa Rania setiap hari’

Kemudian ruangan hening.

Kemudian beliau tanya ‘berapa lama kamu bawa anak kamu ?’

‘Haknya atas ASI eksklusif adalah selama 6 bulan. Itu berarti sampai 1 Januari. Tapi saya mohon diundur sampai akhir Januari agar ada masa transisi Rania ditinggal di rumah’

Ruangan kembali hening.

It was..

The longest

Pause

I have ever experienced

Kemudian terucaplah ‘Oke lah. Bawa lah anak kamu ke kantor.’

Alhamdulillah

Apapun yang terjadi, kami sekeluarga selamanya berterima kasih kepada keputusan beliau.

……

Jadi begitulah..

Saya, Rania, baby sitter handal bernama Mbak Sri (yang saya baru cari dan langsung dapat 2 hari setelah saya masuk) tiap hari ke kantor selama hampir 4 bulan (1 November was the very 1st day saya ‘berpisah’ dengan Rania karena cukup stok ASIP di rumah).

Rania sebelum pindah ke cubicle kosong di sebelah. Lagian seringnya bobo gendong kok =)

Yaaa… pantes lah sukses ASI eksklusif.. Anaknya dibawa. *sudzon

Believe me, it was not that easy :

• Saya tidak bisa menyetir. Lagipula, kalau masuk mobil, Rania bawaannya mau nyusu terus. Jadi selama 4 bulan itu, kami pergi pulang naik taxi. Rumah saya di daerah Kebayoran Lama, sementara kantor saya di daerah Kota. Ujung mentok halte Transjakarta. Yang di Jakarta mungkin bisa kebayang macetnya. Ongkos taksinya. Prinsip saya waktu itu. Ga usah dilihat itu argo. Bayar bayar aja. Insyaallah cukup. Insyaallah ada rejeki. Benar. Entah bagaimana, cukup gaji saya buat bayar taksi dan makan siang 2 orang (saya dan BS) di kantor. Taksinya pun.. yang pagi bisa lah langganan. Nah, kalau sore, ya untung – untungan. Kadang cepat. Tapi kadang juga lama baru dapat. Sempat sekitar 3 – 5 kali, ketika pulang, hujan cukup deras. Mau nangis deh bawaannya.
• Resiko bawa bayi ke kantor. Temen – temen kantor sih suka ada Rania. Tiap butek kerjaan, pasti mampir ke cubicle saya untuk main dengan Rania dan kecewa kalau Rania tidur. Resikonya ya.. namapun jadi mainan teman, ada kalanya Rania cape *pasang taring, sampai ya.. harus ikhlas ketika Rania sakit di usia 5 bulan.
• It is. No matter what. An office. I had trouble juggling among work, nyusui Rania, mompa. Saya harus menebalkan kuping tiap pulang tepat waktu, yang somehow.. jarang orang di kantor pulang tepat waktu =) Still, - I won’t lie - I find it hard and tiring. Manalagi dengan seluruh peralatan yang saya bawa. Apalagi ketika sudah masuk masa MPASI, tambahan lagi peralatan yang harus dibawa

• Malam dan subuh saya tetap tidak bisa pumping. Rania kembali bangun – bangun terus tiap malam. Saya berusaha tenang. I remember I said to myself ‘Cmon, Yut. Yang kamu mau kan kamu bisa nyusui Rania. Rania dapat ASI. Memang jalannya mesti gini. Memang kamu ga bisa pompa malam dan subuh. Allah akan kasih cobaan semampu umatnya. Dia tahu kamu perlu istirahat malam biar ga ambruk’. Ya sudah. Saya pasrah hanya bisa mompa siang.



breastfeeding tiiime

• And as lebay as it may sound, saya juga harus struggled keluar dari post partum depression. Ketika masa itu, tanyalah saya tentang menjadi ibu atau tentang Rania, maka saya akan langsung burst into tears. Di otak saya tahu,, ini ngga bener. Get over it. Tapi prakteknya susah. Salah satu upaya saya keluar dari rasa tertekan ini adalah… shopping. Mulai memperhatikan penampilan. So I bought Leija’s make up sale. And I bought a nice diaper bag =) sebelumnya saya bawa diaper backpack (masih ada tuh di foto). It kinda work. A little =)

 
 

xoxo

 

JJ