Di saat itu saya juga sudah dibebani pikiran mengenai ASIP. Saya tahu,
bahwa yang terbaik untuk menyetok sesegera mungkin. Tapi kapan waktunya?
Sementara Rania hampir selalu saya gendong dan saya susui. Oh.. coba dong
akrobat. Kiri disusui, kanan dipompa. Baik.. saya coba. Berbekal breast pump
manual. Tanggal 14 Juli 2011, untuk pertama kali saya memompa ASI. Dan hasilnya
setelah setengah jam? Boro boro basahin pantat botol. BASAH PUN TIDAK! Dada ini
sesak. Panik. Bagaimana ini ? Bagaimana saya bisa stok ASIP? Tapi demi
menghindari makin stress, akhirnya saya
putuskan untuk tidak memikirkan stok ASIP. Prakteknya sih.... susah. Terlebih
ada ”kompetitor” tetangga yang melahirkan anak 10 hari sebelum Rania sudah
berhasil stok 20 botol ASIP.
Ah, biarlah. Semoga di kelas AIMI tanggal 23 Juli kami mendapat bantuan.
AIMI. Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. Organisasi ini saya kenal sejak
menimba ilmu mengenai ASI. Tapi encounter pertama dengan AIMI adalah ketika di
nursery room di rumah sakit ketika periksa Rania. Disana bertemu dengan ibu
muda yang ternyata DSAnya sama dengan Rania. Ternyata beliau adalah pengurus
AIMI (halo Mbak Irawati) dan dia mengangsurkan kartu nama AIMInya dan bercerita
banyak tentang AIMI, termasuk akan ada kelas Manajemen ASIP untuk Ibu bekerja
yang akan diadakan sebentar lagi. Saya kemudian bercerita pada the husband, dan
kami setuju untuk mendaftar kelasnya.
Singkat cerita, 23 Juli 2011, dengan susah payah paginya (itu kali pertama
saya keluar rumah lagi bukan untuk ke dokter) mempersiapkan diri untuk pergi ke
kelas AIMI. Dan karena datangnya mepet, jadilah kami mendapat tempat tengah
tengah (lay out tempat duduk U). Dan yep, demi Rania tenang, saya pun menyusui
Rania di depan peserta campur Bapak – Bapak Ibu – Ibu. Hail to nursing tanktop
dan nursing apron! Jadinya kegiatan menyusui di muka umum memungkinkan.
And that was when we met Mbak Nia Umar =) Setelah kelas AIMI, beliau
meluangkan waktu untuk kami bertanya – tanya secara privat. Katanya latch nya bagus dan posisinya sudah
benar. It really was boosting my self confidence. Mbak Nia juga mengajari
football clutch position dan craddle
position. Intinya harus coba – coba posisi yang enak. Which langsung saya praktekkan. Malamnya, the husband pun praktek pijet punggung hasil dari materi
yang ada. Ahayy.
Tapi layaknya saya yang masih perlu affirmative action, kembali saya ingin
diskusi dengan konselor laktasi. You know.. just to be sure we’re on the right
track. Sehingga Sabtu 30 juli 2011, kami
mendapat home visit dari konselor
laktasi AIMI - Mbak Yeye (dan suami). Kembali diyakinkan bahwa latchnya bagus. Dan
mumpung di rumah, saya juga minta diajari lay down position. Tentu beserta
pertanyaan – pertanyaan lain yang saya tulis dengan rapi (dan banyak!). And
Mbak Yeye answered every single question. Terima kasih banyak ya, Mbak. Hal
yang paling saya rasakan dari teman – teman (eh... boleh ya panggil teman?)
AIMI adalah perasaan DIDUKUNG dan diberi semangat. Mbak Nia dan Mbak Yeye selalu menjawab tiap
kali saya tanya via BBM. Djazakumullah khairon katsiran.
Dengan begitu berdedikasinya para konselor AIMI, begitu beratnya
perjuangan mereka untuk meluruskan paradigma yang ada di masyarakat, layak deh
dapat cendol gan. Satu truk. Eh.. ngelantur.. maksudnya, please support the
organization. Contoh gampangnya mungkin bisa dengan menjadi anggota AIMI.Yuk!
xoxo
JJ
No comments:
Post a Comment