3.8.12

Drama Asi – Part 2 : My Encounter with AIMI

Di saat itu saya juga sudah dibebani pikiran mengenai ASIP. Saya tahu, bahwa yang terbaik untuk menyetok sesegera mungkin. Tapi kapan waktunya? Sementara Rania hampir selalu saya gendong dan saya susui. Oh.. coba dong akrobat. Kiri disusui, kanan dipompa. Baik.. saya coba. Berbekal breast pump manual. Tanggal 14 Juli 2011, untuk pertama kali saya memompa ASI. Dan hasilnya setelah setengah jam? Boro boro basahin pantat botol. BASAH PUN TIDAK! Dada ini sesak. Panik. Bagaimana ini ? Bagaimana saya bisa stok ASIP? Tapi demi menghindari  makin stress, akhirnya saya putuskan untuk tidak memikirkan stok ASIP. Prakteknya sih.... susah. Terlebih ada ”kompetitor” tetangga yang melahirkan anak 10 hari sebelum Rania sudah berhasil stok 20 botol ASIP.

Ah, biarlah. Semoga di kelas AIMI tanggal 23 Juli kami mendapat bantuan.

AIMI. Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. Organisasi ini saya kenal sejak menimba ilmu mengenai ASI. Tapi encounter pertama dengan AIMI adalah ketika di nursery room di rumah sakit ketika periksa Rania. Disana bertemu dengan ibu muda yang ternyata DSAnya sama dengan Rania. Ternyata beliau adalah pengurus AIMI (halo Mbak Irawati) dan dia mengangsurkan kartu nama AIMInya dan bercerita banyak tentang AIMI, termasuk akan ada kelas Manajemen ASIP untuk Ibu bekerja yang akan diadakan sebentar lagi. Saya kemudian bercerita pada the husband, dan kami setuju untuk mendaftar kelasnya.

Singkat cerita, 23 Juli 2011, dengan susah payah paginya (itu kali pertama saya keluar rumah lagi bukan untuk ke dokter) mempersiapkan diri untuk pergi ke kelas AIMI. Dan karena datangnya mepet, jadilah kami mendapat tempat tengah tengah (lay out tempat duduk U). Dan yep, demi Rania tenang, saya pun menyusui Rania di depan peserta campur Bapak – Bapak Ibu – Ibu. Hail to nursing tanktop dan nursing apron! Jadinya kegiatan menyusui di muka umum memungkinkan.

And that was when we met Mbak Nia Umar =) Setelah kelas AIMI, beliau meluangkan waktu untuk kami bertanya – tanya secara privat.  Katanya latch nya bagus dan posisinya sudah benar. It really was boosting my self confidence. Mbak Nia juga mengajari football clutch position dan  craddle position. Intinya harus coba – coba posisi yang enak. Which langsung saya praktekkan. Malamnya, the husband  pun praktek pijet punggung hasil dari materi yang ada. Ahayy.

Tapi layaknya saya yang masih perlu affirmative action, kembali saya ingin diskusi dengan konselor laktasi. You know.. just to be sure we’re on the right track. Sehingga Sabtu 30 juli 2011, kami  mendapat  home visit dari konselor laktasi AIMI - Mbak Yeye (dan suami). Kembali diyakinkan bahwa latchnya bagus. Dan mumpung di rumah, saya juga minta diajari lay down position. Tentu beserta pertanyaan – pertanyaan lain yang saya tulis dengan rapi (dan banyak!). And Mbak Yeye answered every single question. Terima kasih banyak ya, Mbak. Hal yang paling saya rasakan dari teman – teman (eh... boleh ya panggil teman?) AIMI adalah perasaan DIDUKUNG dan diberi semangat.  Mbak Nia dan Mbak Yeye selalu menjawab tiap kali saya tanya via BBM. Djazakumullah khairon katsiran.

Dengan begitu berdedikasinya para konselor AIMI, begitu beratnya perjuangan mereka untuk meluruskan paradigma yang ada di masyarakat, layak deh dapat cendol gan. Satu truk. Eh.. ngelantur.. maksudnya, please support the organization. Contoh gampangnya mungkin bisa dengan menjadi anggota AIMI.Yuk!
 
xoxo
 
JJ

No comments: