Before The Show
There I was, dibantu usher mencari seat saya sambil celingukan cari my Mam.
Itu juga kali pertama saya masuk Teater Jakarta. Bagus ya. Mungkin karena terhitung gedung baru, jadi masih kinclong.
Setelah all jumpy happy ternyata my mam duduk tepat 1 baris di belakang, agak serong kanan, I observed the surrounding…. PENUH! BANGET! *ya eya lah, Yut… 3 minutes before the show*
Di samping kanan saya ada Oma yang langsung rumpi ngajak ngobrol.
Observed ke sekitaran lagi.
Hey.. itu ada model slash presenter cantik yang baru putus pertunangan. Ngga papa, Mbak.. better without him. Masih banyak yang lebih baik. *ikutcampur*
Eits… Bapak Men Keu beserta Ibu juga baru datang. Ih.. Bapak.. baju kotak2 biru muda – putihnya bikin saya jadi pengen piknik! Hlo... kok si Bapak menyapa hangat dan hormat ke Oma dan Opa samping saya? Krik... siapa ya si Oma Opa ini? *maap ya... saya cupu dalam hal who’s who gitu*
Tapi saya langsung batin… at least 3 row di tengah ini sepertinya peruntukan untuk undangan VIP yang tidak dijual umum. Gilak! Untung bener kami dapat seat number ini.
During The Show
Sadis!! Panggung dibuat miring 15 derajat sama Mas Jay *sok ikrib*. It may sound just a little.. 15 derajat doang. Tried 15 derajat dengan tinggi sekitar 2 – 3 meter, sambil menari lemah gemulai maupun berlari sambil harus ingat posisi yang harus dijaga. But all the dancers delivered! Yow, dawg.. you nailed it! *kebanyakan nonton American idol*
Opening act-nya really captured my eyes. Aduuh.. me no good at describing. Yang penari prianya berdiri bawa semacam tombak dengan gagah, yang penari wanitanya dengan formasi membelakangi penonton duduk jejeg, trus para pemeran utama yang keluar dari tengah panggung (di kemiringan panggung, lantainya terbuka ke atas), tata lampunya, asep – asep yang keluar dari tengah panggung yang tebuka itu, semua lah!
Anyway, I pay less attention pas tarian solo (individu). Ya.. saya kan tidak mengerti seni tari ya…. Jadi mana saya tahu sang penari geraknya sesuai atau tidak. Rasanya kalau ada gerakan yang salah, secara hanya menari sendiri, yang tahu hanya penari itu dan koreografer *piiiiissss*
Tentu sebaliknya saya semangat banget kalau sudah tarian massal. Mulai dari yang adegan dolanan, arak – arakan, dan yang paling bikin mata ngga kedip : adegan Tiji Tibeh / Perang Gagal. Atmosfer kekacauannya terasa banget, padahal saya yakin banget itu ter-koreografi dengan amat baik. Sambil senat senut takut ada penari yang kepleset. Dan diakhiri dengan para penari wanita yang berpakaian seperti petani melempar caping mereka. Kereeeeen. Kusukasekaliiiiiiiiii.
Yang tak kalah menarik adalah adegan pedesaan, yang isinya dagelan 4 mbok – mbok. Walau ada kalanya saya macam roaming, alias tidak mengerti mereka dagelan apa dengan bahasa Jawa, tapi most of the time masih tahu lah. Saya yakin adegan ini terus diperbaharui dan tidak ada ketika Matah Ati tampil perdana di Singapore. Hla salah satu yang dibecandain adalah tentang korupsi di instansi pajak *Lirik ke arah seat Pak Men Keu.. ah.. gelap... tidak keliatan*. Juga tentang kasus penggelapan dana nasabah di sebuah bank swasta, lengkap dengan dagelan besar da*a si tersangka penggelapan. Lucu!!! Untung lucu! Jempol buat yang buat skenario! Jempol juga buat si 4 mbok – mbok penari. Cue timing antar mereka pas banget! *it turned out mereka adalah dosen – dosen di ISI. Pantesaaan*
Kemudian kesan megah terasa banget ketika adegan pesta agung. Sehingga tidak berlebihan ketika pertunjukan selesai, semua (at least yang terlihat) penonton stood on their feet dan tepuk tangan tak henti – henti. Saya malah plus jejeritan ”Citra! Citra! Keren!” Padahal sih sudah pasti itu sepupu tidak dengar.
Eits.. kok banyak yang foto – foto ke arah panggung? (harusnya tidak boleh) Ngga mau kalaaaah... keluarin kamera dan jepret jepret *ampuuun...tolong jangan banned saya dari berbagai pertunjukan*
Kemudian dengan cue gong, semua berteriak ”Titi tibeh, mati siji, mati kabeh – mukti siji, mukti kabeh” dan layar ditutup.
After The Show
Ternyata seluruh penari menyambut para penonton di lobby. Langsung deh jadi ajang foto – foto. Asalnya para penonton hanya foto para penari, terus ada yang berdiri di paling kiri atau kanan penari dan difoto.
Saya lah pelopor langsung duduk bersimpuh tepat di tengah – tengah mereka dan difoto my mam. Hahaha. Kepedean. Tapi iiih... setelah saya, semuanya ikutan begitu juga.
Dan walaupun para penari tersebut profesional
They’re also a bunch of late teens – early twenties girls yang senang bercanda ples posing lucu juga =)
Atau juga ketika tahu saya sepupuan dengan Citra langsung colek – colek saya, “Mbak – mbak.. tolong fotoin dong.. disana”. Foto dengan siapa gerangan?
Eyalaaaah… Gita Gutawa
Haha.. will send the soft copy via Citra, ya ladies….
Best wishes untuk pertunjukan mendatang! Konon mau di yurop!
xoxo
JJ
xoxo
JJ
No comments:
Post a Comment