Saya berniat mau memberi ASI full pada Junior nanti. Walau bertebaran informasi tentang kandungan gizi ASI adalah yang terbaik sampai dengan permusuhan ekstrim pada sufor, sungguh... alasan saya tidak muluk muluk kok : ASI murah dan toke* ”toko”nya buka 24 jam =) dan sepertinya lebih simpel juga, karena tidak ada proses menyiapkan botol, menakar susu, seduh air panas, tunggu sampai agak dingin. Akh... kalau ada cara yang lebih simpel, I’m in! Which in my amateur observation, pemberian ASI adalah jawabannya.
However, sungguhlah pengetahuan saya sangat minim mengenai per-ASI-an. Padahal inginnya sih sebelum lahiran Junior, paling tidak sudah tahu teorinya. Karena saat nanti kenyataannya nanti setelah lahiran Junior, saya yakin masih perlu banyak pembelajaran. Sehingga saya mau berguru pada pihak yang mumpuni. The husband totaly supported my intention.
Klinik konsultasi laktasi memang sudah mulai bermunculan di berbagai RS Bersalin di Jakarta. Saya sempat mau datang ke suatu klinik di salah satu RSB yang lokasinya lebih dekat dari rumah. Namun setelah tanya – tanya ke bagian informasinya, nampaknya kok disana hanya untuk konsultasi ketika ada masalah dalam pemberian ASI. Mana per konsultasinya 250rb saja. Memang sih, konon she’s a well known counselor. Professor pulak! Konon galak pulak. Nanti saja lah, kalau memang perlu pencerahan lebih lanjut, dijajal ke beliau. Prof.. jangan galak – galak ya.... *keder duluan*
Kemudian hasil jelajah dari forum – forum, RS Sint Carolus sering sekali disebut sebagai RS yang support IMD dan ASI, dan juga menyediakan klinik konsultasi laktasi. Sempat intip juga website-nya, dan i’m sold! Poin – poinnya tertera macam kurikulum! Dari salah 1 blog juga biayanya tidak lebih dari 150rb. Segera kesana!
Saya pergi ditemani my mam. Ini disengaja. Karena realistis saja, selesai cuti melahirkan nanti, yang beri ASIP ke Junior adalah my mam or at least, she supervised Junior’s babysitter *kuat ngga ya bayar babysitter*. Dan saya tidak mau ada perbedaan ilmu antara saya dengan my mam. Lebih lanjut, saya pikir konselor laktasi juga akan menjadi penengah yang netral, baik, dan benar. Repot kan, kalau saya berkeras tidak mau pakai dot sementara misalnya my mam berkeras ajaran dari jaman baheula juga mimik-in bayi pakai dot. Kita akur ya, mam? Akuuuuuuurrr…
Kami ke RS Sint Carolus hari Sabtu. Tiba disana jam 07.30, dan jreng.. sudah di urutan ke empat. Bagian registrasi sudah mewanti – wanti “dipanggilnya agak lama ya”. And yes indeed…. lama. Sampai jam 09.00 belum dipanggil juga. Punggung mulai pegel.
Saya masuk sekitar 09.15 masih ditemani Ibu. Kemudian ada sedikit wawancara administrasi oleh suster. Dilanjutkan prolog mengenai per-ASI-an. Seperti :
- Perbedaan kultur antara pasangan ada yang sampai menjadi penghambat dalam memberikan ASI. Mungkin tidak di level suami – istri, tapi di level orang tua dari suami – istri.
- Dukungan penuh pada ibu dalam memberikan ASI adalah faktor terpenting. Terus ciptakan atmosfer positif dan ibu selalu senang agar ”produksi” ASI terjaga
- Bahwa dalam memberi ASI, lingkungan harus tenang agar ibu bisa konsentrasi penuh ke bayinya (bahkan ditekankan jangan sambil nonton TV)
- Bahwa persediaan ASI itu prinsipnya demand dan supply yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Sehingga segala asupan vitamin memperbanyak ASI sifatnya hanya support
- Pemberian ASIP yang benar adalah dengan sendok. Dan ternyata cukup dengan sendok kecil yang biasa untuk cangkir teh lho! Berarti lebay banget dong para produsen merk bayi menciptakan sendok atau feeder yang begini begitu.
- Bahwa memang lebih baik persiapan memberikan ASI dimulai dari sebelum melahirkan, ketika sudah memasuki trimester terakhir
Saya senang banget my mam antusias dalam mendengarkan keseluruhan penjelasan. Sesekali bertanya, mengangguk – angguk. Pokoknya all the positive gesture deh. Kita akur ya, mam. Akuuuuuuuur....
Selanjutnya saya dipersilakan masuk ke bilik samping dimana my mam kemudian keluar ruangan tersebut. Oh iya.. ketika saya dan my mam masuk, masih ada 2 ibu yang konsultasi yang lengkap membawa bayinya dan saat itu sudah berada di bilik tersebut. Ibu yang satu bayinya newborn, sepertinya konsultasi biasa saja. Sedang ibu yang kedua mengalami permasalahan. Katanya ibu itu stres pekerjaan, langsung produksi ASI-nya stop samsek. *ikut sedih*
Kemudian 2 suster yang melakukan konsultasi *ternyata keseluruhan konsultasi dilakukan oleh suster* memutuskan memanggil 2 urutan berikutnya yang keduanya sama seperti saya, masih hamil.
Dan apakah yang terjadi di bilik tersebut? Pameran bo*bies! Hihihi. Ternyata kegiatan di bilik tersebut adalah praktek langsung persiapan dan cara pijat payudara (PD). Pijatan untuk ibu hamil dan ibu menyusui berbeda lho
Berikut urutan pemijatan PD untuk ibu hamil :
Persiapan :
- Cuci tangan bersih
- Siapkan kain perca putih 2 lembar, masing – masing berukuran 10x10 cm
- Rendam kain kasa dalam minyak kelapa / minyak zaitun / baby oil (mana yang tidak menimbulkan alergi)
- Kompres kedua PD dengan kain kasa tersebut
- Tunggu 10 menit
- Seka PD dengan kain perca putih tersebut
Pemijatan pertama
- Dengan jempol dan telunjuk, tarik puting kemudian puntir ke arah dalam – menuju cleveage gitu
- Lepas
- Lakukan sebanyak 30x
Pemijatan kedua
- Letakkan telunjuk kanan di area areola, tepat sebelum puting bagian atas
- Letakkan telunjuk kiri di area areola, tepat sebelum puting bagian bawah
- Secara bersamaan, hentakkan kedua telunjuk ke arah luar
- Lakukan sebanyak 30x
Ditutup dengan dilap washlap yang sudah dibasahi dengan air suhu biasa. (washlapnya dikasih lho.. i mean.. termasuk biaya konsultasi)
Tujuannya adalah agar area areola – puting bersih dan lembut. Gerakan pijatnya adalah agar puting tidak ”terbenam” masuk.
Kemudian untuk pemijatan PD bagi ibu menyusui tidak saya praktekkan. Karena kata susternya bisa merangsang kontraksi. Yeuwk..
That’s why saya sih malah seneng total ada 5 orang yang konsultasi di situ. Jadinya saya bisa lihat teknik yang untuk ibu menyusui. Juga kami semua saling mengajukan pertanyaan. Kan kadang ada yang tidak terpikirkan untuk ditanya atau malah sudah ancang – ancang tanya, tapi lupa.
Kemudian juga dengan menggunakan boneka, kami diajarkan posisi menyusui yang benar. Tsk.. agak lupa nih... Yang teringat :
- Posisikan bayi melintang sepanjang dada ibu
- Posisi telinga, bahu bayi pada 1 garis
- Sentuhkan puting ke bibir atas bayi
- Ketika bibir bayi terbuka lebar, hap... lekatkan ke puting, dimana bibir bayi harus menutupi keseluruhan areola
- Sebaiknya tangan bayi tidak dipakaikan sarung tangan, supaya ada kontak langsung antar kulit antara ibu - bayi
- Sebaiknya jangan berganti - ganti PD. "Habiskan" saja satu PD, sehingga kalau bayi sudah kenyang, PD yang satunya dapat di"perah" dan disimpan.
Bener – bener 1,5 jam yang berharga deh! Kedua suster (halo suster Agnes, halo suster Titie) baik banget dan sangat informatif. Dan ternyata ada buku panduannya yang bisa dibeli di kasir. Total konsultasi + buku = 118ribu rupiah. Worth every penny!
RS St Carolus
Jl. Salemba Raya No.41
Jakarta 10440
Telp. 3904441
Xoxo
JJ
No comments:
Post a Comment