I love my mam. Love her so very much. Her every wish is my command. So when she said she wished to see Matah Ati, saya langsung gerilya cari tiketnya.
Akhir April
“Mam, jadi mau nonton Matah Ati?”
“Mau.. masa ponakan nari ngga ditonton.”
Masih Akhir April
Considering akan beli 4 tiket (my mam, my sister, me, the husband), kayaknya “kuatnya” beli tiket yang kelas 2. Tapi ternyata tiket untuk kelas 2 & 3 tidak ada seat number! What? Gluk! Ngga mungkin… ngga mungkin saya beli tiket yang masuknya rebutan macam bus kota gitu. Hla… saya lagi hamil besar gini, dan my mam itungannya sudah nenek. Mana bisa sikut – sikutan gesit rebutan cari tempat duduk. Dimana saya secara spesifik pengennya duduk di tengah. The husband juga tidak setuju.
Naik kelas nih. Kelas 1. Gluk.. 500rb/ orang. Tengah bulan. *keringet dingin*. Gimana ini likuiditas finansial sampai tanggal gajian. Pikir pikir pikir.
Akhirnya dengan pedih, i told my mam, ”Mam... yang pakai seat number cuma kelas 1 dan VIP. Gimana kalau aku beliin Mam dan Mbak aja. Nanti aku tunggu di luar aja.”
Eh.. malah my Mam yang labil. Pertama tidak tega karena ternyata harganya sekian, terus tidak tega masa beliau nonton saya di luar, terus sempat juga sepertinya beliau harus ke luar kota di akhir pekan untuk menghadiri undangan (we were aiming nonton hari sabtu / minggu). Jadi saya hentikan pencarian tiket.
9 Mei
Dapat kabar bahwa Citra, sepupu yang juga penari di pertunjukan tersebut sudah berangkat ke Jakarta beserta seluruh rombongan, saya tanya lagi ke my mam bagaimana keputusannya. My mam jawab, tunggu.. kalau Sabtu, Mbak tidak bisa. Jadi mau hubungi Budhe jauh untuk tanya apakah beliau mau nonton.
10 Mei
Tidak ada kabar dari si Budhe, ya sudah lah.. saya langsung telpon sana sini cari tiket. Daaaaaan… tiket kelas 1 untuk keseluruhan hari pertunjukan sudah sold out! Cwaaaap!
Though she didn’t say anything, I could see my mam was sad karena saya tidak dapat tiketnya.
11 Mei
Nekat, mau beli yang VIP. Sudah di titik tidak peduli likuiditas keuangan, yang penting my mam bisa nonton. Ternyata yang VIP habis juga! *seneng ya, pertunjukan karya negeri sendiri sedemikian dihargai*
Titik cerah muncul ketika Citra sms, “Mbak… bisa daftar untuk lihat GR hari Kamis. Gratis”. Dengan semangat gretongan, walau telat balasnya, saya jawab, “Mau! 3 ya, Cit.”
12 Mei
Titik itu padam karena besoknya Citra sms lagi bahwa dia telat ambil tiketnya. Dan ternyata karena mengundang banyak media, jadinya tidak ada sisa. Ihiks. Sedih.
13 Mei
Pertunjukan Matah Ati hari pertama. At almost midnight, ada SMS dari Citra “Mbak… tadi ada calo. Kalau cari tiket 1 – 2 sih kayaknya ada”
Hem… calo ya… tidak ada pengalaman samsek nih dalam percaloan.
Pertama, how do you identify a calo?
Kedua, how do you put poker face biar tidak dimahalin?
Ketiga, how do you know the ticket is not fake?
14 Mei
At morning ritual minum teh bareng, saya bujuk my Mam untuk coba saja dulu datang ke TIM. Kalau tidak dapat ya, have dinner somewhere then go home. Ternyata my Mam mau. Waw… she really wanted it. Bisa pedih sangat nih kalau tidak dapat!
Off the two of us ke TIM (my sister cannot make it, my husband didn’t come to Jakarta that weekend) . Sampai TIM sekitar jam 18.00. Anyway, it’s easy to spot a calo. Karena mereka jemput bola, bok! ”Tiket.. tiket”. Ahaha. Sayang yang mereka punya adalah tiket kelas 2. Saya bilang saya mau yang kelas 1, saya nunggu di dekat pintu masuk ya.. kalau sudah ada tiketnya, kesana saja.
Kemudian ketemu mas – mas baik hati di bagian registrasi, yang bertugas untuk penukaran tiket di hari H. Memang katanya tiket sudah sold out. Paling kalau mau, seperti kemarin ada yang cancel tiket, tapi baru bisa masuk setelah jam 20.15 (pertunjukan jam 20.00).
H2C menunggu di spot registrasi itu. Mas itu baik banget minjemin 2 bangku untuk saya dan Mam duduk. Makasih ya..
Then jam 19.00.. mulai nerfes
Jam 19.15... belum dapat tiket juga. Calo belum ada yang nyamperin (artinya mereka belum dapet juga). Makin nerfes
Jam 19.20... dapat 1 tiket!!! Mbak Moza Paramita *sok ikrib* tiba – tiba nyamperin si mas di meja registrasi. Katanya yang mau dikasih tiketnya tidak datang. Jadi dijual saja.
Eike langsung nyamber, ”Mbak.. ada 1 lagi ngga?”
Sayangnya dijawab tidak ada. Tapi saya tetap beli 1 tiket tersebut. Apalagi Mbak Moza pakai nyeletuk ”Best seat tuh. Tengah.”. Segera keluarin uang di dompet!
Sudah sampai ke titik, bodo amat saya tidak dapat tiket yang penting my mam bisa nonton. I told my mam, ”Gampang.. aku nungguinnya nonton bioskop aja di sebelah.”
Jam 19.30... my mam went inside Teater Jakarta. Saya masih di meja registrasi
Jam 19.40... masih bengong di meja registrasi.
Jam 19.50… si mas registrasi mulai telponin contact number tiket – tiket yang masih belum diambil. Sayangnya, semuanya menyanggupi datang.
Jam 19.55... ada seorang bapak – bapak panitia yang nyamperin meja registrasi dengan motif yang sama dengan Mbak Moza! Yippieee kayeeeeeyyyyy!!!! Malah beliau kelebihan 2 tiket. Jadi kayaknya a bit hesitate hanya jual 1 tiket ke saya. Maaakk!!! Akuh dapat tiket!!! Di kelas yang sama pulak. Ihuuuuuy!!
3 menit sebelum pertunjukan dimulai, masuk deh saya ke Teater Jakarta. Mana ternyata tempat duduk saya cuma beda 1 baris saja dengan my mam. Saya di T27, my mam U24.
The amazing thing was, pas pertama lihat lay out pertempatdudukan, saya sempat batin, kalau ada rejeki beliin mam tiket VIP, pasti aku milihnya yang ini. Which turn out to be tempat yang diduduki my mam. Awsome!
She looked so happy I made it too. And after the show she said she really loved the performances that she cried a little.
Ah, Mam… If it makes you happy.. it cant be that bad (Sheryl Crow Mode On) *sambil rencana bawa bekal tiap hari sampai tanggal gajian*
xoxo
JJ
2 comments:
yeeiiyy horeee dapet jugaa tiketnya
prok prok proookkk #loh ;p
*lumpat lumpat kecil* (ga bisa lumpat lumpat too excited. badan dah kayak paus =) )
Post a Comment