Bahas reksadana lagi yuuuk…
Seperti yang pernah saya sebut di poin terakhir di postingan tentang reksadana yang ini, ada baiknya untuk sesekali me-review reksadana yang dimiliki.
Bulan kemarin saya sempat minta customer service untuk cetak jenis dan jumlah unit yang saya miliki. Dan ketika dikalikan dengan NAB hari itu, saya bergumam, “kok sedikit?” Ahahaha… gimana bisa banyak kalau regular invest per bulan hanya seuprit, dan irregular invest-nya juaraaang buanget. Jadinya saya buat perhitungan singkat, antara gain dengan jumlah investasi. Actually.. it’s not bad.. overall menghasilkan return sekitar 25%.
Kemudian akhir pekan kemarin sempat mampir ke toko buku, dengan maksud mau beli majalah lifestyle (ciyeeeh) bulanan dan mau beli majalah tentang parenting (maygat.. there are tooo many to learn), ternyata untuk bulan April pada belum terbit semua. Then, I stumbled upon this magazine :
Perlu 2 detik saja untuk memutuskan ambil majalah ini dan bayar di kasir (yaabeeees). Daripada keluar toko tidak bawa belanjaan. Karena sudah cukup lama juga saya tidak me-review kepemilikan reksadana. Kebetulan nih.. ada yang bisa dijadikan patokan untuk review.
Pada awalnya tentu saya langsung tertarik pada tabel – tabel peringkat reksadana yang disajikan, dan langsung syok melihat top 10 reksadana :
Seriously? Yang di peringkat 1, return 1 tahun lebih dari 100%?
Peringkat Reksadana Saham Periode 1 Tahun |
Kemudian
Seriously? Yang di peringkat 1, return 1 tahun lebih dari 70%?
Dan seriously, yang semua berada di peringkat atas adalah produk milik P*nin Sekuritas, dimana saya tak punya kepemilikan. Berarti return kepemilikan reksadana saya yang “cuma” 25% tidak ada apa – apanya dong ya. What to do? What to do? Alihkan saja gitu semua portfolio ke reksadana – reksadana tersebut?
Bagus ngga akting panik saya barusan? Heuheuheu. Hayoklah dibaca lagi keseluruhan artikel yang ada (Halo majalah Investor.. mau kasih saya gratisan seumur hidup majalahnya? *terngarep*) and I came to several points kalau mau beli reksadana di luar yang telah saya miliki :
§ Majalah tersebut mengungkapkan kriteria penilaian, yang menurut kacamata amatir saya, cukup memadai. Juga disebutkan ada Manajer Investasi yang tidak memberikan data. Aha! Berar ti mungkin masih ada yang lebih baik. Tapi tanda tanya juga. Kalau mereka tidak memberikan data apakah : mereka tidak mau atau administrasinya belum canggih sehingga belum bisa menyajikan data yang diminta?
§ Yess…. Perkasa banget ini si produk milik P*nin Sekuritas. Saya amati di tabel periode 3 dan 7 tahun, masih juga muncul produk dese di peringkat 3 besar. Apakah saya tertarik? Judging from return, yes I do. Tapi kan saya belum baca prospektus maupun fund fact sheet-nya. Kemana mereka menaruh dananya? Harga NAB sekian sudah overheat belum? Jangan – jangan karena ter-warta reksadana terbaik, langsung diserbu orang – orang. Padahal kelolaannya ada yang sudah di atas 1 trilyun lho. Cocok tidak dengan profil resiko saya? Kalau tidak cocok, apa mau dipaksakan? Mau investasi yang cukup nyaman atau yang bikin stress? Belum cukup stress dengan tumpukan nota dan spreadsh*t, Yut? *curcol*
§ Juga pakai prinsip “eling, nduk… eling”. Kembali ke tujuan investasi, hitung ulang kebutuhan dan return yang diharapkan. Itang itung itang itung… return 25% masih cukup. Reksadana yang saya miliki juga masih lah masuk top 10 atau top 20 paling jelek. Masih juga “serakah” mau coba produk lain yang return-nya lebih dari 50%? Hayok aja.. tapi pakai dana di luar dana yang sudah didisiplinkan untuk invest. Gabungan antara the famous quote “nev er put all your eggs in 1 basket” dan pakai dana sisa – bukan dana yang akan dipakai 3 tahun ke depan.
§ Kemudahan pembelian dan penjualan. Penting nih. Secara saya males ribet untuk ur usan pembelian reksadana *padahal ngga boleh gitu ya… kalau punya impian pensiun di usia 40 trus naik haji plus keliling yurop 3 bulan. aaamien*. Haruskah buka rekening di bank lain? Banyakkah cabangnya? Ada cabangnya yang dekat rumah / kantor? Apa saja biaya yang dibebankan? Berapa minimum pembelian? Duit eike buat alokasi investasi kan seadanya.
Kira – kira begitulah. Saya malah lebih panik dengan yang ini :
Singkat cerita.. entah ini masih RUU atau sudah menjadi UU, bahwa terhitung tahun 2014, gain (untung) atas reksadana akan dikenakan pajak sebesar.. jreng… 15%! Enak amat situ! Kalo loss (rugi) situ mau bayar ke sini 15%? Dan mepet amat bedanya dengan pajak atas produk bank (tabungan, deposito) yang sebesar 20%. Secara reksadana adalah produk investasi yang notabene no safety net - masih dibayang – bayangi kemungkinan rugi, masa dikenakan pajak sebesar itu. Dan saya cenderung setuju dengan para analis yang beri opini, bahwa keberadaan obligasi korporat bisa mati, karena peminat utama obligasi korporasi salah satunya Manajer Investasi. Hla… kalau pengenaan pajaknya sebesar itu, tidak menarik lagi dong real return-nya… trus gutbay obligasi korporat? trus korporat wildet?
Jadi pertanyaan yang masih saya belum putuskan (dan masih ada waktu 2 tahun lagi untuk memutuskan) adalah : Redeem (Jual) semua saja gitu reksadana saya pada Desember 2013? Para pemegang tampuk keputusan.. sungguh deh kalau pajak 5% saya masih rela…
PS. For those of you yang kepingin majalah ini, cepetan beli. Soalnya ini edisi bulan Maret. Sudah ujung bulan nih! Takutnya sudah masuk edisi April
xoxo
JJ
xoxo
JJ
2 comments:
nice inpo mb.iyut..
hehe.. sblmny salam kenal mb.. :D
salam kenal juga ilmi..
semoga berguna infonya =)
Post a Comment