26.1.11

Dear Oknum Pengendara Sepeda Motor

Dear oknum pengendara sepeda motor dan penumpangnya, mengapa Anda berkendara dengan helm berada di pangkuan, atau di tergantung di stang, atau dikalungkan di siku atau dikepit di ketiak? Lebih pentingkah bagian - bagian itu dari pada kepala Anda? Kalau boleh mengutip spanduk dari kepolisian “Hati – hati lah berkendara. Keluarga menunggu Anda di rumah”.

Dear oknum pengendara sepeda motor, ketika lampu lalu lintas berwarna merah tolonglah berhenti sebelum garis zebra cross. Saya kutip ya.. definisi zebra cross dari wikipedia : tempat penyeberangan di jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki yang akan menyeberang, dinyatakan dengan marka jalan berbentuk garis membujur berwarna putih dan hitam yang tebal garisnya 300mm dan dengan celah yang sama dan panjang sekurang kurangnya 2500mm, menjelang zebra cross masih ditambah lagi dengan larangan parkir agar pejalan kaki yang akan menyeberang dapat terlihat oleh pengemudi kendaraan di jalan. Pejalan kaki yang berjalan di atas zebra cross mendapat prioritas terlebih dulu.
Kalau Anda berhenti di atas zebra cross, dimana pejalan kaki dapat menyeberang?

Dear oknum pengendara sepeda motor, tolonglah tetap berkendara di jalan dan biarkan trotoar untuk para pejalan kaki. Kalaupun Anda nekat berkendara di trotoar, sabar saja di belakang para pejalan kaki. Kok bisa – bisanya Anda yang terus klakson tidak sabar. Anda gila?

Dear oknum pengendara sepeda motor, jika Anda berkendara di jalan 2 arah yang masing – masing 1 jalur, cukuplah Anda membuat 1 jalur ke belakang di sebelah kanan mobil. Jangan ditambah 2 bahkan 3 jalur motor. Bagaimana mobil dari arah berlawanan mau lewat, kalau sebelah kanan ada Anda dan sebelah kiri mepet got?

Dear oknum pengendara sepeda motor, celah itu tidak muat… saya ulang ya… TIDAK MUAT untuk Anda lewati. Dan Anda hanya melambaikan tangan atau tersenyum saja atau malah cuek saat bagian sepeda motor Anda menggores bagian mobil. Cuma sedikit kok golongan di negeri ini yang mampu beli mobil secara tunai. Jadi sama seperti Anda, kemungkinan mobil yang Anda gores adalah masih dalam cicilan kredit dari jerih payah bekerja. FYI, compound atau cat untuk memperbaiki goresan itu tidak dapat dibeli dengan lambaian tangan atau senyuman.

Dear oknum pengendara sepeda motor, apa Anda memang sengaja agar mesin / knalpot sepeda motor Anda ketika di-gas mengeluarkan bunyi yang sangat memekakkan telinga? Lewat daerah perumahan pula. Tidakkah terpikirkan mungkin ada orang tua yang berjuang menidurkan bayinya atau orang tua yang gampang kaget?  Mau kebut plus suara motor besar? Ikutlah lomba balap. Oh… saya tidak akan heran juga sih kalau Anda juga ada masalah dengan pendengaran.

Dear 2 oknum pengendara 2 sepeda motor, fokuslah berkendara. Kalau mau ngobrol, ya parkir kendaraan Anda berdua dulu lalu ngobrol di pinggir jalan. Bukannya malah mensejajarkan 2 motor dan asik ngobrol sembari tetap berkendara dengan kecepatan rendah.

Dear oknum pengendara sepeda motor, mungkin memang saya dan faktor “U” yang menyebabkan suka rabun kalau sudah sore – malam hari. Jadi tolonglah menyalakan lampu kendaraan Anda.

Dear oknum pengendara sepeda motor, apa sih yang terlintas di pikiran Anda ketika berkendara di jalur yang BERLAWANAN ARAH? Tanggung? Cuma dekat? Males muter, jauh? Nah… kalau … KALAU… Anda kecelakaan karenanya, paling kan dibilang “salah sendiri”. Nah… tapi bagaimana kalau justru Anda yang mencelakakan pengguna jalan yang sudah di jalurnya yang benar? Ever think that?

Dear oknum pengendara sepeda motor, correct me if I’m wrong. Tapi sepeda motor adalah untuk 2 orang, kan? Bukan 3 – 5 orang. Saya berempati kepada keluarga yang baru mampu memiliki motor untuk mengangkut istri dan 3 anak yang sering saya lihat masih balita. Yang masih bayi digendong, kemudian ada yang di tengah, dan yang 1 bersandar di ujung jok dan pegangan ke stang. Ngilu saya lihatnya. Sincerely, semoga Anda dapat penghidupan yang lebih baik, biar bisa beli mobil. Aaaamien. Tapi kalau isinya 3 orang : remaja tanggung atau pemuda / pemudi atau bapak / ibu dan cengar cengir all the way.. I think you’re just plain stupid.

Dear oknum pengendara sepeda motor, kalau ada pejalan kaki menyeberang dan sudah tinggal 3 langkah  lagi sampai ke seberang, dan Anda merasa dosa untuk sedikit me-rem kendaraan dan memutuskan untuk melewati pejalan kaki, tolonglah lewat di BELAKANG pejalan kaki. Bukan lewat di depan pejalan kaki dengan celah kurang dari 3 langkah itu.  Sungguh saya tidak mengerti jalan pikiran Anda.

Dear oknum pengendara sepeda motor, Anda ikut pawai atau konvoi? Entah itu pesta partai atau kemenangan klub sepak bola kesayangan Anda? Tolonglah patuhi rambu lalu lintas. Pengguna jalan yang lain punya hak yang sama dengan Anda. Dan saya paling tidak mengerti kalau Anda tampaknya paling suka meng-gas – gas kendaraan Anda sehingga bolak balik menggerung – gerung. Bukannya itu lebih cepat menghabiskan bahan bakar? Bukankah Anda, seperti juga saya, merupakan kalangan yang mengeluh bahwa bahan bakar itu mahal? Dan demo (atau paling minimal protes) kalau ada kenaikan harga bahan bakar. Anda mungkin berdalih : kapan lagi lah, namanya juga lagi senang lah, toh cuma sesekali lah. Pikir lagi yang panjang ya.

Dear oknum produsen sepeda motor, Anda tentu bangga produk Anda laris manis. Tiap triwulan atau akhir tahun menyombongkan penjualan Anda naik sekian persen. Ooooh.. negeri ini memang surga bagi produsen barang ritel. Apalagi ditunjang dengan menjamurnya perusahaan financing. Modal 500 ribu sudah bisa bawa motor pulang bok! Namun selain kampanye menggunakan suku cadang asli atau di ujung iklan lengkap dengan kalimat “jangan lupa pakai helm” atau memfasilitasi wadah perkumpulan kendaraan bermotor, saya sungguh belum mengetahui program social responsibility Anda untuk mengedukasi para pembeli produk Anda untuk berkendara secara benar, santun, dan beradab.

...

Aaaaaahhhhhh.... agak legaaaaaaaa


xoxo

JJ

No comments: