Bagi kami, esensi dari undangan adalah tercantum tempat, tanggal, jam, peta. That’s it.
Jadi kami tak akan termakan rayuan (dan ego) untuk pakai kalkir lah, pita (either it’s organza atau beludru), bentuk box, atau hocus pocus yang lain. Lagi pula, berapa persen sih dari total undangan yang masih dengan apik menyimpan undangan sesudah acara?
Kami bahkan sama sekali tidak mengunjungi, melihat – lihat tempat buat undangan sejuta umat macam Pasar Tebet untuk mencontoh (err...or mencontek??) kartu undangan yang ada è ini kepedean ajah. Hasil mereka – reka saja dari kami berdua, dan melihat kata – kata undangan dari undangan yang ada di rumah.
Justru, kami memikirkan hal – hal yang fungsional dan reusable Jadilah konsep undangan :
§ Soft cover dengan ukuran setelah dlipat = ¼ panjang kertas A4. Lebih murah, lebih ramah lingkungan, lebih cepat selesai.
§ Jenis font jangan yang meliuk liuk indah dan ukuran font mesti cukup besar. Tujuannya tentu saja karena untuk menghormati yang sepuh – sepuh agar jangan sampai mengalami kesulitan untuk membaca baris – baris kalimat dalam undangan
§ Ada kartu kecil pengganti buku tamu, supaya tidak ada antrian bertumpuk di area penerima tamu, jadi tamu tinggal memasukkan dalam fish bowl yang diisediakan di area penerima tamu. Dan pas blog walking, ternyata konsepnya sama dengan kakak dari salah satu blog yang saya baca (yes, it’s rendira’s sister). And i thought i was original *sigh*
§ Kemudian dapat masukan dari kerabat. Waktu melihat draft undangan dan disana tercantum jam akad, beliau tanya apakah memang akadnya mengundang orang. Karena pengalaman beliau jadi panitia, dengan dicantumkan jam berarti akad terbuka bagi tamu untuk datang. Artinya panitia harus kira – kira berapa yang datang di akad dan yang di resepsi dan perkiraan hidangan. Ada yang hasilnya ketika akad penuh padahal hanya menghidangkan stall food seadanya dan ketika resepsi kosong jadi makanan lebih sangat berlimpah. Huihh… benar juga. Langsung lah diedit, menghilangkan jam akad. Why? Karena kami ingin akad yang sakral dan tidak hingar bingar. Cukuplah dari pihak keluarga saja.
Anyway, warna hijaunya disesuaikan dengan box seserahan saya. Sampai saya bawa tutup boxnya soalnya tidak mau ada distorsi warna. Desainnya? Well, kami bukan ahli design, so it was a so-so. Then again, bah.. don’t sweat the small stuff. Waktu produksinya cukup 3 hari sejak mendapat ACC layout dari kami. Mantaps.
Oh ya.. menurut saya..waspada lah waspada lah.. kalau calon vendor undangan Anda bilang waktu pengerjaan 1 bulan. Cuih... Kalau soft cover seperti saya dan hanya 600 undangan, setelah ACC layout harusnya cetak paling hanya 2 – 3 hari sudah jadi. Kalau hard cover pun tidak lebih dari 2 minggu. Logikanya, peralatan percetakan sekarang sudah lebih canggih dari 5 – 10 tahun lalu.
Ikut prihatin kepada kalian yang mengalami kejadian tidak enak dengan vendor undangan. Kalau memang selisihnya tidak sampai seribu, di tempat yang sudah ada nama, jauh lebih sreg di hati, sudah lah... Apa arti seribu dikali jumlah undangan, dibanding stress karena ulah vendor.
Kami hanya menyebar 500 undangan. Kami cetak 600 hanya untuk jaga – jaga ada yang cacat atau salah tempel label alamat.
And we went the old fashion way : semua mendapat undangan cetak dan dikirim, baik itu diantar langsung, menitip, pos, atau kurir. Tidak ada undangan via FB, e-invitation. Rasanya lebih menghargai para undangan. Daaaan... kami khawatir akan efek multiply dari penyebaran secara elektronik. Huehuehuehue. Yeeeeaah... we made a cut down invitation list, due to budget. Tapi ada beberapa yang via sms dan email to our dear friends yang tidak berdomisili di Jakarta atau Indonesia .
xoxo
JJ
No comments:
Post a Comment