1.11.10

Kucing – Monolog Butet Kartaredjasa, Karya Putu Wijaya

Di suatu pagi di tengah keriuhan pagi siap – siap ke kantor,
*my morning usually starts with alarm bunyi jam 04.40 – snooze – bunyi lagi – snooze lagi – bunyi lagi - ngolet lama – mencelat ke kamar mandi – doing everything in a rush!*

Tiba – tiba di ruang makan,  ibuku di balik koran yang dibaca ngajak bicara “Nah..sesekali tu nonton yang kayak gini.. jangan bolak balik ke mal melulu”
Si anak butuh waktu 5 detik untuk sadar bahwa Mam ngajak bicara, “Hah? Apaan sih, Mam?”
“Ini mau ada Monolog Butet di Taman Ismail Marzuki. Mbok yo kita nonton” *jowone metu*
Si anak yang berprinsip your wish is my command, Mam, “oh iya.. nanti aku cari infonya ya” *kembali persiapan ke kantor kayak angin puyuh*

Googling.. googling… pertunjukan ada di hari Sabtu dan hari Minggu tanggal 30 & 31 Oktober jam 20.00 di Graha Bhakti Budaya. Setelah konfirm dari Mam  boljug nonton semalem ini *my mam usually sleep around 9pm*, next step cari info tiket.

Saya memang kepinginnya buking saja karena sungguh  tidak tahu ekspektasi penonton. Perdana nonton seperti ini, bwook. Akan penuh kah? Sepi kah? Tapi riskan rasanya untuk beli di hari H. Takut abis, takut seat yang tersedia tidak memuaskan. Berbicara dengan Agie (021.3154087 ext.235) dari bagian info dan ticketing untuk datang saja ke TIM. Sip… dibantu Agie untuk cari best seat of the house, bukti bayar 3 tiket pertunjukan Sabtu tanggal 30 ada di tangan untuk ditukar pada hari H.

Terus….. ribet deh dengan :
·        Pake baju apa apa ya? Is it semi formal? Secara ini kan opening night.  Agie aja sempet nunjukin row seat yang diblok untuk undangan
·        Pake bawa buket bunga ngga biar bisa dikasih ke Butet? Ini pengaruh senapsaran tanpa ujung akan komik Topeng Kaca,  liat Maya Kitajima bolak balik dapet buket mawar dari Masumi
·        Penting ya?

Di hari H
·        3 tiket itu adalah untuk : Mam, saya, dan Abang – sang suami. Sayang mertua .. sayang mertuaaaa.. hihihi
·        Baju is not a problem. Ada rombongan undangan yang pakai baju batik, rombongan orang – orang seni pakai baju yang nyeni banget. Keren. Banyak yang berjeans dan polo shirt. Saya akhirnya pakai sweater dan kulot ajuah. Hihihi.
·        No body bring flower bouquet. Neither do i.
·        Pertunjukan dimulai telat 15 menit. Untung saja. Karena kebetulan ada acara lain di TIM yang konon diikuti 1000 orang, jadi susah bet cari parkir
·        Pertunjukan dimulai dengan pidato pembuka dari Whani Dharmawan (kalau ngga salah), who apparently the director of the show. He apologized for the delay, dan dia juga sempat untuk mengajak hadirin dan hadirot untuk berdiri, berdoa bagi korban bencana alam di Yogyakarta dan Mentawai. *heyy.. don’t forget Wasior*
·        I sat between Abang and Mam. Right before the show started, I leaned over, kissed Mam in the cheek and whispered “Happy birthday again, Mam. Enjoy the show”. Yes, it was my mam’s birthday .
·        Butet was amazing! Saya terpukau. Bisa – bisanya 1,5 jam ngomong sendiri tanpa aaa eeee satu kali pun. A talented man he is.
·        Saya pikir nontonnya harus duduk diam (karena ruangan itu kayaknya ber-akustik. Saya bicara pelan dengan Mam saja cukup  kedengeran ke sekitaran). Tapi ternyata Butet juga berinteraksi dengan penonton. Contohnya di awal acara, dimana dia bilang, “Saya tau… kalian pada kesini berharap saya ngerasani pemerintah tho?” Bwahahahahahaha….  Dan memang Beliau sempet aja nyempilin ngerasani, dan imitating gerak – suara Pak Beye.
·        Interaksi dengan penonton kedua adalah pas Beliau bilang, “Ngga gampang, cari judul nama binatang yang ngga dikonotasikan macam – macam. Kalau Saya bikin judul Cicak dan Buaya nanti dituduh ngerasani Polisi dan KPK. Kalau Babi nanti konotasinya celengan Babi para oknum. Cobaa… apa nama binatang yang tidak menimbulkan konotasi negatif. Riuh penonton berteriak, “Tikus!”. Melototlah Butet, “Tikus jelas jelas lambang koruptor!!”. “Kebo!!”. Butet pura pura tersinggung, sambil melihat ukuran badannya. Hihihi
·        Deretan undangan yang Beliau kenal juga tak luput masuk dalam monolognya, “Kalau ada buku dengan judul –insert s*x related-. Saya tahu yang ikutan ngantri tu Andi Noya, Tarzan”. Bwahahahahaha. Yes, they were there among the guests.
·        Kucing ini sungguhlah mengenai cerita keseharian suami istri dengan segala problemnya. Set panggungnya sederhana. Menggambarkan interior rumah. Back sound (tata suara tentu ditangani oleh sang adik : Djaduk Ferianto) dari suara radio tetangga, suara tukang jualan, suara kendaraan lewat, dan tentunya suara kucing!. Butet sendiri memainkan 4 peran : Bapak, Ibu, Anak, Pak RT
·        Quoting dari web TIM :
Kisah Kucing adalah kisah sederhana tentang lelaki sederhana yang suatu hari karena kesal, memukul kucing milik tetangganya. Ia merasa tak bersalah memukul kucing itu, karena kucing itu memang mencuri dan memakan lauk-paik miliknya. Ia mengira persoalan itu tak berkepanjangan. Tetapi, ternyata, ia menjadi kerepotan setelahnya. Pak RT mendatanginya, karena ia mendapat komplain dari si pemilik kucing itu, agar minta ganti ongkos perawatan kucing yang menjadi pincang.
Persoalan kucing itu menjadi persoalan yang kemudian cukup merepotkan bagi si tokoh dalam kisah ini. Ternyata soal kucing juga mempengaruhi hubungannya dengan sang istri, juga dengan anak-anaknya. Ia juga semakin merasa terpojok, dan merasa diperas, karena ongkos perawatan kucing yang luka itu bertambah besar. Seperti ada ‘konspirasi’ yang semakin hari semakin memojokkannya. Barangkali ini hanya perasaannya saja, tetapi persoalan kucing itu memang benar-benar mengganggu kehidupan si tokoh.
·        It was indeed, bringing a new experience to me – anak mal. Thanks, Mam *kecuuup*
·        Malam itu ditutup dengan makan Bubur Cikini =)




Tips
·        Kalau mau book tiket ke TIM, ancer – ancernya dari arah gerbang masuk, teruuus ke arah Studio XXI, melipir ke sebelah kiri, naik tangga ke lantai 3
·        Buking tiket adalah pilihan tepat. Karena malam itu kursi terisi lebih dari 80%
·        Yang ga tahan dingin, bawa pashmina atau pakai baju lengan panjang. Tempat kami duduk kemarin J20 – J21 – J22 letaknya di bawah AC. Cespleng deh.
·        Bawa uang tunai. Ada lapak jualan merchandise pertunjukan. Siapa tahu ada yang pengen dibeli
·        Kalau parkiran di area depan Studio XXI dan Graha Bhakti Budaya penuh bet, imho sih lebih baik parkir dekat pintu keluar. Biarlah jalan sedikit, tapi pas pulang tidak usah mengalami antrian panjang mobil - mobil pada keluar parkir
·        OOT, saya sampai punya DVD Topeng Kaca lho.. yang jadi Maya sih believable. Tapi ya ampuuun yang jadi Masumi… sungguhlah kayak emang emang pedo*il merusak imajinasi yang dibangun selama ini

Overall, it was a fascinating experience. Jadi mulai cari – cari pertunjukan lain yang bisa fun untuk ditonton. Onrop anyone?

xoxo
JJ

4 comments:

prin_theth said...

Watching an art performance is always inspirational! Dulu gue sempet pacaran lama sama a renown artist dan anggota Dewan Kesenian Jakarta, plus, I was an ex-dancer, jadi cukup kenyang deh nonton art performances. Pengalaman yg sangat seru :) :) Kalo sempet sering2 yah, and hepi bresdey buat si tante!

JJ said...

yaaa... nanti akan kusampaikan ke mamake. tengkiuuw.

yang kemarin, the kind of art i understand, lei. So i did enjoy it. Tapi kalo yang gerakan tari simbolik2 gitu, kayaknya mesti ada yang bantu gue untuk interpret deh *ngelirik sepupu yang bikin mupeng jadi penari pertunjukan matah ati*
and yes.. kayaknya next is onrop itu

loe ex dancer? mantabh lah, lei. Haqqul yakin hari H loe luwes deh! =)

anna said...

hai hai..lam kenal gw anna..wahahahhaha lucu banget sih comentnya ttg si masumi itu, gw juga punya komik topeng kaca lengkap kap..n saking ngefansnya gw bela belain nyari DVD topeng kaca via Online shopping..dannn begtu tuh film ditonton gilaa ancur bayangan gw ttg sosok masumi..si pria tampan dan baik hati si mawar jingga :D

JJ said...

Hi anna.. thanks for the visit. sering2 ya!

*tosss* agak nyesel beli ya, bwook. Some things memang ternyata harus dibiarkan dalam imajinasi saja =)