Flash back. Ketika dalam sebuah training tahun Februari 2008, ada rekan yang mau pinjam flash disk saya untuk kopi bahan training. Ketika saya keluarkan flash disk, dia terbelalak… And the conversation rolled :
“Hah, ga salah loe? 256?!!. Belum diganti ganti. Orang orang tu udah maen GB loe masih aje MB”
sakit hati denger nadanya yang menghina “Nope. Dari awal punya ya ini. Bis belum rusak dan masih mencukupi kok. Kan langsung gue save di computer trus gue delete deh yg di flash disk”
Ngelirik takjub ke HP saya Sony Ericsson 880W yang belakangnya dah baret baret mengenaskan “ni hp dah berapa tahun?”
dah pengen ngasah golok “Rrrr.. 3 tahun lebih lah. Gue beli pas minggu pertama keluar”
“Gila ya.. Loe tipe setia”
Nunda ngasah golok “What?”
“iya..liat aja, barang elektronik loe itungannya tahunan semua. Bet you won’t buy new unless rusak atau hilang”
“umm.. iya”
“there.. loe tipe setia”
Towwwewwww….
Okay.. to my defense, saya tidak gadget freak dan dibesarkan tidak dengan keadaan finansial berlebih. Dan sejak SMA pun telah terbiasa mengumpulkan uang saku kemudian barulah membeli barang impian *halah*
So there, dalam sejarah saya ber-per-handphone-an here’s the recap :
1. Tahun 1997, Nokia 5110 si handphone sejuta umat…. Seneng bener. Ini doang yang berhasil bujuk minta beliin tante atas dasar : “masa tega sih saya seharian bahkan sampai malam kalau mengerjakan tugas praktikum, tidak bisa menghubungi dan dihubungi orang tua…”
2. Tahun 2003, Nokia 3650. Dibeli dengan kumpul kumpul dari gaji di company pertama dengan alasan phone book 5110 ridicilously hanya bisa 100 contacts. Padahal network saya mulai meluas (puih!)
3. Tahun 2006, Sony Erricsson W880i. Dengan alasan 3650 batrenya dodol, keyboardnya hang terus dan perlu hiburan musik di kamar kos (saya sempat kos 2,5 tahun)
4. Tahun 2010, Samsung Spica Android. (then, calon) suami yang belikan handphone ini untuk saya 3 minggu sebelum hari H. Saking sedihnya melihat saya teriak teriak tiap kali telepon (kayaknya ada masalah di speaker) dengan si W880i, angka 7 ga bisa dipencet (jadi kalau sms ada yang pake angka 7 ya dilewati aja deh tu huruf) dan pamungkasnya melihat penampakan cover belakang tidak bisa ditutup (really.. minggu minggu terakhir punya sempet dililit karet!) karena baterenya bunting…
Anyway, balik ke setia setia an… Adakah yang pernah mendengar dalil bahwa perelektronikan tidak gonta ganti = setia?? Mau dibilang, kebalikannya bagi orang yang bolak balik ganti gadget adalah orang yang tidak setia? Mungkin perlu dibuat studi dulu yang teruji dalil dalilnya. Diuji statistik dengan populasi 1000 dan tingkat kepercayaan 98% =p *ada yang butuh judul skripsi??*
By the way, flash disk saya juga sudah 4GB doong… dibeliin juga sama (then, calon) suami. Karena yang lama hilang tak berapa lama dari pembicaraan di awal tulisan ini. I heart you, husband.. Tau ga apa yang saya pakai buat gantungan flash disk ini? Ya bangkai W880i saya. Hihihi. Sering bikin keki temen saya “Kayaknya sempet mahalan gantungan flashdisk loe ya”.. well.. saya tidak pernah menjual handphone lama saya. Bikin sakit hati ajuah mengingat berapa saya beli dulu, sekarang dihargai berapa. And my defense, itu flash disk ketjil sekaliii. Dengan sejarah kesleboran saya, nampak bijaksana kalau di-attach ke barang yang lebih besar
Another by the way, I reeeaaallly like this android phone. Cucok banget dengan saya yang pengennya entertainment phone, rather than office-work phone.. I practically can download anything I want. From games, songs, videos. Maaf kepada para sales blackberry (baca : my inner circle friends) yang bujuk2, mencak2 karena saya tidak (atau belum) mau pakai BB. Sungguh saya merasa terganggu dengan bunyi ping ping itu kalau pembicaraan di group lagi seru. Talk to you by sms, call, or PingChat shall we =)
Dan kalau saya pakai BB, bukan tidak mungkin atasan – atasan merecoki kerjaan di waktu – waktu ajaib (baca : malam malam atau akhir pekan). MAKASSIIIIH
xoxo
JJ
No comments:
Post a Comment